Search

Monday, February 25, 2013

Papa To Musume No Nanokakan

Posted by vini np at 8:32 PM 1 comments




Hello world~

hehee udah berapa hari nih gak posting
soalnya lagi buanyaaakkk banget film yang ditonton, jadi gak 'sempet' mau ngeblog, maen game yang biasanya sehari 3 kali #wkwkk sekarang cuman satu kali :p
okee, saya mau cerita sedikit..hehee..kemarin senin, pesenan HDD 1 TeraByte punya kakak saya udah nyampee, dan isinya ada buanyaaakk film :D. Bayangin aja nih film ada sekitar hampir separuh isi HDD (sekitar 500Gb-an) dan untuk tambahannya cuman bayar 40k ??!! eebuuseett,,lumayan murah kan? daripada beli film satu cd aja 6k,dan untuk semua film yang dalem HDD itu mungkin bisa beratus-ratus rupiah #eaakkk...
oke kembali ke isi hardisk ini..hohoho...yakk, pertama kali yang saya tonton sebenarnya mau liat mr.bean tapi karena sudah sedikit tahu ceritanya, jadi saya liat film lain dan saya tertarik liat dorama Papa to musume ini. Dua hari untuk 7 episode saya tonton lumayan menyita waktu,,sampai-sampai makanpun saya di depan laptop tercinta..wkwkkk
dan hasil yang saya dapat memang benar-benar menarik film ini :D
recommended banget :D
mungkin saya kasih rating 7,5/10 yaa untuk cerita dan cast nya
dorama jepang ini mengisahkan tentang seorang anak dan papanya yang bertukar tubuh karena "suatu kejadian". Mereka berdua yang awalnya kaku dan cuek akhirnya bisa kembali akrab setelah menempuh "kejadian" yang bisa bikin kalian ketawa-ketiwi sampe akhir..hahaha
ini beberapa screenshot untuk dorama jepang ini ;)

nice acting for Gakky and Mr.
hehehe :p


*p.s ini draft waktu liburan bulan januari-awal feb kemaren..hahah :D

Lyrics Air band Song For You

Posted by vini np at 8:11 PM 0 comments
setelah sekian lama..sekian tahun..akhirnya ketemu juga judul dan lirik lagu ini #lebay hahaha
kalo gak salah pas jaman sma, aku pernah mendengar lagu ini, cuman gak tau judulnya apa -_-. Dan aku juga tau lagu ini dari mobil angkot..hahaa.
Pas di hari ini 25 Febuari 2013 yang penuh dengan KEMACETAN #wew
tapi juga akhirnya di hari ini juga aku tahu judul lagu ini..hiks..hikss #nangisbahagia :D
Pagi hari tadi, di tengah kemacetan, biasanya bis langgananku memutar lagu itu-itu saja, tapi tumben hari ini playlist lagunya lumayan random :D
waktu kagu ini diputar, langsung saja ku rekam pake hp dan setiba di rumah aku dengerin betul-betul liriknya, dan ternyata akhirnya ada di mbah google dan bahkan youtube lagu yang kucari ini :D
oke langsung saja, ini dia lagu nostalgia yang bisa jadi lullaby..hehehe :D

Air Band - Song For You

Don't cry just wept your pain from your eyes
Let's makes me for to your heart
Sorry It's all I can say to your heart
You're always with me...

# You are my dream, my sweetest dream
please babe, don't leave me alone

hold me tight close in my arms
I'm with you wherever you are
You're always be, my have beloved
and this love will last forever

Trust me I know watch you having through 
Believe me I'm here for you
Feel me I always be around you wherever I go

Back # 




Friday, February 1, 2013

Praktikum Fisiologi: Pengukuran Tekanan Darah Arteri

Posted by vini np at 10:16 AM 1 comments
PENGUKURAN TEKANAN DARAH ARTERI SECARA  TIDAK LANGSUNG DAN PENGARUH GAYA BERAT TERHADAP TEKANAN DARAH ARTERI

Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu melakukan pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung dan
2. Agar mahasiswa memahami pengaruh gaya berat terhadap tekanan darah arteri.

PENDAHULUAN
Tekanan darah merupakan besaran yang sangat penting dalam dinamika peredaran darah (hemodinamika). Tinggi tekanan darah pada berbagai macam pembuluh darah tidak sama, tekanan darah pada arteri lebih tinggi daripada tekanan darah pada vena.
Pada pemeriksaan fisik seorang penderita, pengukuran tekanan darah arteri sudah menjadi suatu keharusan, pengukuran ini selalu dilakukan di samping pemeriksaan lain.
Sampel sekarang telah dikenal dua macam cara pengukuran tekanan darah arteri, yaitu:
1. Pengukuran tekanan darah arteri secara langsung (direct method) dan
2. Pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung (indirect method)
Pengukuran tekanan darah arteri secara langsung dilakukan dengan jalan menembus arteri (cara invasif) dan kemudian memasukkan salah satu ujung sebuah pipa (tube,catheter) ke dalam arteri tersebut sedangkan ujung pipa lain dihubungkan dengan sebuah manometer. Dengan demikian, tinggi tekanan darah di dalam arteri tersebut dapat diukur. Pengukuran tekanan darah arteri ini secara langsung dilakukan hanya di laboratorium yang besar saja dan baru dilakukan kalau perlu, misalnya untuk mendapatkan data hemodinamik yang teliti untuk keperluan pembedahan jantung.
Pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung dilakukan dengan teknik yang sederhana, tanpa menembus arteri (non invasif) dan dapat dilakukan dimana saja jika diperlukan.
Pengukuran tekanan darah arteri baik secara langsung maupun secara tidak langsung bertujuan untuk mengetahui tinggi tekanan darah arteri pada waktu sistole ventrikel (tekanan sistol) dan pada waktu diastole ventrikel (tekanan diastolik). Kadang-kadang oerlu pula diketahui tinggi tekanan darah arteri rata-rata, tinggi tekanan darah ini adalah
TR = TD + 1/3 (TS-TD) mmHg
TR = Tinggi tekanan darah arteri rata-rata
TS = Tinggi tekanan sistolik
TD = Tinggi tekanan diastolik.
Pada pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung ini, dikenal pula pengukuran secara palpatoar (palpatoir) dan pengukuran secara auskultatoar (auscultatoir). Cara palpatoar dilakukan dengan jalan meraba (palpasi) denyut nadi dengan jari telunjuk dan jari tengah. Dengan cara ini, dapat diketahui hanya tekanan sistolik saja. Cara auskultatoar dilakukan dengan jalan mendengar (auskultasi) bunyi detak dan desir aliran darah di dalam arteri dengan perantaraan stetoskop/ Dengan cara ini baik tinggi tekanan sistolik maupun tinggi tekanan diastolik dapat diketahui. Cara auskultatoar ini diketemukan oleh korotkoff pada tahun 1905 dan sampai sekarang masih tetap dipergunakan orang. Dalam pekerjaan sehari-hari, kedua carfa ini biasanya dipakai bersama-sama sesuai dengan keperluan.
Dengan berkembangnya teknologi dalam dunia keodkteran, telah diciptakan pula alat pengukur tekanan darah arteri secara tidak langsung tanpa palpasi dan tanpa auskultasi.
Tinggi tekanan darah arteri pada orang dewasa yang normal dalam keadaan istirahat dalam posisi berbaring adalah 120 mmHg untuk tekanan sistolik 70mmHg untuk tekanan diastolik (ditulis 120/70 mmHg). Tinggi tekanan darah ini bervariasi antara lain karena umur, jenis kelamin, dan posisi badan atau bagian badan. yang menimbulkan variasi tinggi tekanan darah arteri karena posisi badan atau bagian badan adalah tidak lain dari pada gaya berat.
Pada orang yang berdiri tegak misalnya, tekanan darah arteri pada kaki lebih tinggi daripada tekanan darah arteri pada kepala, sedangkan pada orang yang berbaring, tinggi tekanan darah arteri di seluruh badan adalah sama. Dalam hal ini, pada orang yang berdiri tegak, tekanan darah arteri yang di kaki mendapat tambahan tekanan hidrostatis kolom darah di dalam badan sedangkan yang di kepala tidak. Pada orang yang berbaring, kolom darah di dalam badan terletak horizontal (tegak lurus terhadap gaya berat) sehingga pengaruh gaya berat terhadap seluruh kolom darah adalah sama besarnya.
Pada berat jenis darah yang normal, tinggi tekanan hidrostatis ini adalah 0,77 mmHg/Cm pada arah gaya berat. Dengan demikian, jika tinggi tekanan darah arteri rata-rata setinggi jantung misalnya 100mmHg, maka tinggi tekanan darah arteri rata-rata di kaki yang letaknya 105 Cm di bawah jantung adalah 100 + (105 x 0,77) mmHg = 180 mmHg sedangkan tinggi tekanan darah arteri rata-rata di kepala yang letaknya 50 Cm di atas jantung adalah 100 - (50 x 0,77) mmHg = 62 mmHg.
Pada orang yang berbaring, seluruh badan terletak pada bidang horizontal sehingg tekanan darat arteri rata-rata di sepanjang badan sama tingginya.

ALAT – ALAT YANG DIPERGUNAKAN
1. Stetoskop
Stetoskop adalah alat yang berguna untuk mendengar bunyi yang timbul dalam badan. Alat ini terdiri atas:
a. Ujung bagian telinga (ear piece) yang dipasang di telinga pemeriksa pada waktu memeriksa penderita
b. Ujung bagian dada (chest piece)nyang diletakkan di atas dada penderita pada waktu pemeriksaan. ujung bagian dada ini ada dua macam:
1) ujung yang berbentuk corong
2) ujung yang lebar dengan diafragma.
Ujung yang berbentuk corong dipergunakan untuk mendengar bunyi dengan berbagai frekuensi sedangkan ujung yang lebar dengan diafragma hanya untuk bunyi dengan frekuensi yang tinggi saja, bunyi dengan frekuensi yang rendah direndam oleh diafragma. ujung yang berbentuk corong tidak boleh ditekan terlalu keras di atas kulit sebab kulit yang tergang karena tekanan yang keras itu dapat berfungsi sebagai diafragma sehingg bunyi yang berfrekuensi rendah tidak terdengar.
2. Sfigmomanometer dan balut Riva Rocci
Alat ini terdiri atas sebuah manometer yang dihubungkan dengan sebuah kantong yang berbentuk balut, berdinding keras sehingga tidak dapat diregangkan dan dapat diisi udara di dalamnya. Kantong atau balut ini disebut Riva Rocci. Balut Riva Rocci ini dihubungkan pula dengan sebuah pompa udara yang berguna untuk memasukkan udara ke dalam balut tersebut. Pompa udara ini diperlengkapi dengan keran untuk mengeluarkan udara dai dalam balut.
Manometer yang dipergunakan pada oengukuran ini dapat manometer yang memakai pegas dan dapat pula manomenet air raksa. dengan memompa udara ke dalam balut, makan tekanan udara di dalam balut naik dan pompa balut ini lalu mendesak jaringan yang berbalut sehingga arteri di bagian tengah terjepit. Dengan terjepintya arteri ini kembali, udara di dalam balut dikeluarkan dengan memutar keran yang terdapat di tangkai pompa udara.

CARA KERJA
Pengukuran tekanan darah arteri dalam praktikum ini didasarkan atas cara pengukuran tekanan darah arteri yang dianjurkan oleh American Heart Association.
Orang yang akan diukur tinggi tekanan daranya (probandus) disuruh berbaring dengan tenang. Kemudian lengan atas probandus dibalut dengan Riva Rocci. Pembalutan harus cukup ketat dan balut harus cukup lebar agar didapatkan hasil pengukuran yang benar.
Pengukur melakukan palpasi pada nadi pergelangan tangan probandus. Setelah denyut nadi teraba, udara dipompa ke dalam balut Riva Rocci sampai denyut nadi menghilang. Pada saati ini arteria Brachialis sudah terjepit sehingga aliran darah di dalamnya terhenti. pemompaan udara diteruskan sedikit lagi (+30 mmHg) dan pemeriksa meletakkan ujung bagian dada stetoskop di atas lipatan siku probandus di luar balut (pergunakanlah ujung bagian dada yang berbentuk corong). Setelah ujung bagian dada stetoskop terletak dengan baik di lipatan siku probandus, keran pada pompa udara dibuka dan udara mengalir keluar dari dalam balut Riva Rocci sementara pemeriksa mendengar pada stetoskop dengan seksama.
Pada suatu saat terdengar bunyi detak seperti bunyi detak jantung. Bunyi ini ditimbulkan oleh benturan aliran darah pada balut Riva Rocci. Setelah terdengar beberapa detak, timbulah suara mendesis mengiringi detak tadi. Desis ini dikenal dengan istilah bising Korotkoff. Bising ini terdengar makin keras semakin banyak udara yang dikeluarkan dari dalam balut Riva Rocci. Pada suatu saat bising ini menjadi redup dan kemudian menghilang, smenetara udara yang terdengar di dalam balut Riva Rocci terus mengalir keluar sampai akhirnya balut kempis.
Ada dua peristiwa yang pelru diperhatikan dalam pengukuran ini:
1. Saat terdengarnya detak yang pertama. Pada saat ini darah di dalam arteria Brachialis mulai mengalir dan jika dilakukan palpasi, maka denyut nadi akan mulai teraba pada saat itu, Detak ini terdengar pada saat tekanan sistolik mencapai puncaknya. Jadi tekanan sistolik ini dapat diketahui baik dengan cara auskultatoar maupun dengan cara palpatoar. tinggi tekanan sistolik terdarasebut sama dengan tinggi tekanan di dalam balut riva Rocci seperti yang ditunjukkan oleh jarum manometer pada saat itu.
2. Saat meredupnya bising Korotkoff. Dalam pengamatan yang dilakukan oleh para peneliti, saat meredupnya bising korotkoff ini ternyata bersamaan dengan saat tercapainya tinggi tekanan diastolik. Saat ini dapat diketahui hanya dengan cara auskultatoar saja. Tinggi tekanan diastolik ini sama dengan tinggi tekanan udara di dalam balut Riva Rocci seperti yang ditunjukkan oleh jarum manometer pada saat itu.
Bising Korotkoff diduga ditumbulkan oleh turbulensi aliran darah pada arteria Brachialis. Ada peneliti yang berpendapat bahwa turbulensi tersebut diakibatkan oleh kecepatan aliran darah yang melampaui kecepatan kritis dan ada pula yang berpendapat bahwa turbulensi tersebut diakibatkan oleh aliran darah di arteri di bawah balut yang sempit itu tiba-tiba menerjang ke tempat yang lebar di luar balut yang darah di dalamnya sedang keadaan statis. Kadang-kadang, setelah bising Korotkoff meredup, ia masih terus terdengar sampai balut Riva Rocci kempis.
Pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung ini juga dilakukan pada anak-anak. Dalam hal ini pengukuran dapat dilakukan pada paha anak-anak. Untuk mendapat hasil yang teliti, lakukanlah pengukuran ini beberapa kali dan biasakanlah mengeluarkan udara dari dalam balut Riva Rocci tidak terlalu deras (membuka keran tidak terlalu besar) sehingga angka yang ditunjukkan oleh jarum manometer pada kedua saat yang oenting tadi tidak terlangkahi.
Kadang-kadang bising Korotkoff menghilang untuk sementara waktu di suatu daerah di antara tekanan sistolik dan tekanan diastolik dan terdengar kembali dekat sebelum tercapai tekanan diastolik. Menghilangnya bising Korotkoff ini dikenal dengan istilah auscultation gap yang sebabnya sampai sekarang belum diketahui orang. Pada pengukuran yang kurang teliti, auscultation gap ini dapat mengacaukan bahwan memberikan hasil yang salah.
Lakukanlah pengukuran ini pad probandus dengan posisi badan:
1. Berbaring dengan kedua lengan lurus sejajar dengan sumbu badan
2. Duduk dengan kedua lengan tergantung lurus ke bawah
3. Bediri dengan kedua lengan tergantung lurus sejajar dengan sumbu badan
Pengukuran dilakukan tiga kali pada tiap-tiap posisi badan dan hasil yang diambil adalah hasil rata-ratanya.

KEPUSTAKAAN
Beme, R.M., and Levy,M,N.1981.Cardiovascular Physiology. Mosby Company, St Louis.
Delp, M.N., and Manning, R.T.1975 Major’s Physiology Diagnosis.W.B.Saunders Company, Philadelphia.
Ganong.W.F.1975.Review of Medical Physiology.Lange Medical Publications, Los Altos.
Rushmer,R.F.1975.Structure and Function of the Cardiovascular System.W.B.Saunders Company, Philadelphia.

DASAR PENGUKURAN
Pengukuran menggunakan pita pada lengan (arm band) yang akan diisi dengan udara sehingga menekan arteri di bawahnya. Pemeriksa mendegarkan menggunakan stetoskop, bising yang dihasilkan oleh darah pada saat melewati arteri.
Ketika pita menekan arteri di bawahnya, darah tidak dapat melewaati arteri pemeriksa tidak mendengar bising kemudian secara pelan-pelan tekanan dikurangi bising akan muncul yang kemudian disebut tekanan darah sistolik. Tekanan dari pita semakin kecil, bising arteri hilang lagi, saat ini disebut tekanan darah diastolic.
1. Tensimeter dipompa sampai manset menekan arteri di bawahnya, diaman darah tidak dapat melewatinya: tidak terdengar bising pada stetoskop.
2. Tekanan diturunkan secara perlahan, darah akan melewati arteri lagi: terdengar bunyi bising dan saat pertama kali terdengar bunyi tekanan yang terukur adalah tekanan darah sistolik.
3. Tekanan diturunkan pelan, darah yang melewati arteri akan menimbulkan bising pada stetoskop.
4. Tekanan diturunkan sampai bunyi bising terdengar lemah pada stetoskop, kemudian menghilang. Saat ini tekanan darah yang terukur adalah tekanan darah diastolik.

Praktikum Fisiologi: Deteksi Glukosa Pada Urine

Posted by vini np at 10:14 AM 0 comments
DETEKSI GLUKOSE PADA SPESIMEN URINE

PENDAHULUAN
Glukose adalah jenis substansi gula yang paling umum ditemukan dalam spesimen urine, khususnya pada pasien diabetik, dan pasien dengan gagal ginjal kronis. Glukose adalah substansi yang mereduksi blue copper sulfate pada larutan Benedict menjadi red copper oxide, yang bersifat tak terlarutkan.
Lactose, yang juga bersifat mereduksi gula, dan sering kali ditemukan pada spesimen urine wanita yang sedang hamil.

PROSEDUR DAN PENGAMATAN
Bahan dan Reagen
Spesimen urine midstream atau random dari 4 orang probandus, masing-masing 2 pria dan 2 wanita
1. Tabung reaksi 4
2. Rak tabung reaksi
3. Tissue gulung
4. Bunsen/lampu spritus
5. Pipette 4
6. Larutan Benedict
7. Kontainer urine 4
8. Gelas ukur 10 cc 4
9. Pengaduk 4
10. Stopwatch
METODE PEMERIKSAAN
1. Lima (5) mL larutan Benedict dimasukkan dalam tabung raksi
2. Ditambahkan 8 gelas tetes urine dan campurkan dengan sempurna
3. Panaskan dengan api Bunsen selama 2 menit
4. Letakkan tabung diatas rak agar suhu menjadi sama dengan suhu ruangan
5. Amati perubahan warna yang terjadi dan adanya presipitat.

Praktikum Fisiologi: Jumlah Leukosit

Posted by vini np at 10:13 AM 0 comments
JUMLAH LEUKOSIT


MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN
Menghitung jumlah leukosit dalam 1ml darah.

DASAR PERCOBAAN
Fungsi leukosit terutama sebagai alat pertahanan badan, Untuk ini leukosit membentuk zat-zat kekebalan atau dapat menembus dinding pembuluh darah (per diapedesin) untuk pergi ke tempat infeksi. Kuman-kuman atau benda-benda yang dianggap asing untuk badan dapat dimakan kemudian dicernakan oleh leukosit (fagositosit). Leukosit mempunyai inti dan dapat bergerak secara ameuboid dengan mengalirkan sebagian dari protoplasmanya dahulu yang kemudian diikuti oleh bagian lainnya. Gerakan ini dirangdang oleh zat-zat kimia yang dilepaskan oleh jaringan yang diserang infeksi (khemotaksis). Tergantung pada arah gerakannya disebut rangsang khemotaksis positif apabila mendekatinya dan khemotaksis negatif apabila menjauhinya.
Leukosit dibuat di sumsum tulang merah. Di sumsum tulang merah ada gerombolan sel yang akan membuat leukosit dan gerombolan lain yang akan membuat eritrosit. Akan tetapi sel-sel yang akan membuat leukosit yang terbanyak (kira-kira 80%). ini mungkin disebabkan, biarpun jumlah leukosit per mm3 jauh lebih sedikit, umurnya hanya 2-24 hari sehingga produksinya harus banyak dan cepat.
Jumlah total leukosit pada orang dewasa antara 4000 – 11.000 oer mm3. jumlah ini dapat bertambah, disebut leukositosis. Leukositosis dapat terjadi akibat infeksi pyogenik, virus, olahraga berat, kerusakan jaringa, keadaan hamil dan menstruasi. Apabila jumlah leukosit bertambah disertai dengan leukosit bentuk muda disirkulasi timbullah leukimia.

ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
1. Jarum francke / jarum suntik
2. Mikroskop
3. Mikro pipet untuk mengencerkan: 1/100 atau 1/200 (untuk eritrosit)
4. Penghitung (counter)
5. Bilik hitung
6. Kapas alkohol
7. Larutan Turk
8. Kertas Penghisap

TEKNIK KERJA
Cara pengambilan Darah
1. Darah diambil dari ujung salah satu jari tangan (jari II,III,IV)
2. Darah yang keluar dihisap dengan pipet mikro sampai angka 0,5 (atau 1)
3. Kemudian larutan turk dihisap memakai pipet mikro tersebut sampai angka 11. Terjadi pengenceran 20x (atau 10x)
4. Pipet mikro digoyang-goyangkan selama 1 menit, untuk mendapat campuran yang merata.
5. Setelah 1-2 tetes cairan dalam pipet mikro dibuang, ujung pipet mikro ditempelkan pada pinggir gelas penutup yang menutupi bilik hitung.
6. Bilik hitung diperiksa di bawah mikroskop.
7. Semua leukosit yang terdapat di ddalam persegi pojok dihitung. Untuk menghindari penghitungan yang kurang tepat, maka leukosit yang terletak pada garis batas sebelah kiri dan atas dari suatu persegi diperhitungkan sebagai leukosit dari persegi panjang yang sedang dihitung sementara leukosit yang ada di garis batas kanan dan bawah tidak ikut diperhitungkan. untuk memudahkan perhitungan dan penjumlahan dipakai alat penghitung (blood counter) yang mencatat jumlahnya setiap kali ditekan tombolnya. jumlah persegi yang dihitung ada 4 x 16 = 64

8. Untuk menghitung jumlah leukosit dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Luas persegi kecil = 1/16 mm2
Dalamnya bilik hitung = 1/10 mm
Pengenceran darah = 1/10
Jumlah leukosit terhitung = M
Jumlah leukosit per mm3 = M/64 x 16 x 10 x 10 = M x 25

KEPUSTAKAAN
Bard, Philip 1985 Medical Physiology, edisi X, hal 2-10. Mosby Company, St.Louis. 
Best, Charles Herbert & Taylor, Norman Burke 1961 The Physiology Basis   of  Medical Practice: A Text in Applied Physiology, edisi VII, hal.2. The Williams & Wilkins, Baltimore.
Darmady, E.M. & Davenport, S.G.T.1958 Haenmatological Technique, edisi II, hal. 27-38, 45-56, 100-109, J&A Churchill, London.
Ganong, William F. 1965 Review of Medical Physiology, edisi II, hal.406- 414, 518-520. Lange Medical Publications, Los Altos, California.

 

vini np's site | 2008-2014 |Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review

Winking Line Smiley