Search

Friday, December 31, 2010

Happy New Year!

Posted by vini np at 5:34 PM 0 comments





"New Year begins, let us pray,
That it will be a year with new Peace,
New Happiness and abundance of new friends;
God bless you through out the NEW YEAR 2011"

HAPPY NEW YEAR !!! ^____^








*p.s hope my wishes come true...ameeenn :)

Latihan untuk meningkatkan Penglihatan

Posted by vini np at 5:31 PM 0 comments
Hahaa,,kemarin iseng-iseng saya cari cara untuk menurunkan minus mata tanpa pengobatan atau kacamata, eh ketemu latihan sederhana ini untuk bisa meningkatkan penglihatan. Yah


Beberapa latihan untuk meningkatkan Penglihatan

Zooming, adalah latihan melihat/focus dari benda yang jauh ke benda yang dekat, secara bergantian. Misal dengan melihat pensil dengan jarak 15 cm didepan mata dengan objek lain yang jaraknya lebih jauh, misal 4 meter atau lebih.


Palming, adalah menutup mata dengan kedua telapak tangan. Gosok kedua tangan dengan lembut sampai terasa hangat, kemudian letakkan telapak tangan pada mata dalam kondisi terpejam, jangan tekan bola mata, tapi letakan dengan halus pada tulang-tulang sekitar mata.


Latihan dengan Kartu test mata yang jarahnya berjauhan.

Soft focus, sama dengan zooming, hanya saja, selama focus mata tidak boleh berkedip selama 5-25 detik, dan mata tidak terlalu focus, hanya melihat secara santai.


Menguaplah dengan lebar, sampai anda benar-benar merasa rileks.

Dengan bola berayun, coba untuk focus ke bola yang bergerak karena ayunan. Atau bisa diganti dengan bola pingpong/tennis yang sedang dimainkan, atau alternative lain yang serupa.

Pencahayaan, dengan mata tertutup, pandanglah matahari, atau lampu yang cukup terang, sampai mata anda terasa hangat.

Latihan peregangan otot mata, gerakan mata anda kebawah, keatas, tengah samping.

Memijat bagian-bagian kepala yang mempengaruhi mata; bagian bawah alis, pangkal hidung yang diapit oleh 2 mata, 2 sisi kening di ujung alis bagian luar, titik bawah mata (tulang sekitar mata), bahu dekat tengkuk, 2 urat leher di bagian tengkuk.

dll, lebih lengkap silakan baca bukunya ya..

Tambahan

Sering-seringlah berjemur bawah dimatahari

Sering-seringlah melihat warna-warna alami di luar ruangan


Makanan yang tidak dianjurkan selama masa latihan:

1. Minuman ber alcohol

2. Makanan atau minuman yang mengandung kafein

3. Telor

4. Gorengan

5. Buah-buahan

6. Es krim

7. Keju

8. Rokok

9. Kopi

10. Susu

11. Daging merah

12. Obat-obatan (Selain yang dianjurkan dokter)

13. Makanan yang mengandung gula.



Olah raga yang dianjurkan:

1. Aerobic

2. Bersepeda

3. Dansa cepat

4. Jogging

5. Skating

6. Jalan kaki

7. Berenang

8. Tennis

9. Selancar

10. Yoga

11. Taichi



Btw, sekarang minus saya 1,5 dan silindris 0,75 dua-duanya =__= . Kita lihat perubahan di tahun 2011 nanti, apakah penglihatan mata saya berkurang? Turunkah?? Atau malah naik?? (*jangaaaan!!). yah,,itu semua tergantung dari saya sendiri....hahahaaa...

Strategi Promosi Kesehatan

Posted by vini np at 5:20 PM 0 comments

Strategi Promosi Kesehatan


 

Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang mendukung perilaku, maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan WHO telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu :


 

1. Gerakan Pemberdayaan

    Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi.

Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organisation) atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan).

Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program kesehatan sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.


 


 

2. Binasuasana

    Binasuasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimana pun ia berada (keluarga di rumah, orangorang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat,khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam

Bina Suasana, yaitu :

a. Pendekatan Individu

b. Pendekatan Kelompok

c. Pendekatan Masyarakat Umum


 


 

3. Advokasi

    Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu "kebijakan" (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu singkat.

Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1) mengetahui atau menyadari adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, (3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan (5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat. Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu :

- Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi

- Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah

- Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah

- Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based

- Dikemas secara menarik dan jelas

- Sesuai dengan waktu yang tersedia.

Laporan Pendahuluan DBD

Posted by vini np at 5:15 PM 19 comments

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


A. PENGERTIAN

Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001). Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan (Noer, dkk, 1999). Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).


B. ETIOLOGI

Gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue (sejenis arbovirus).


C. PATOFISIOLOGI

Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001). Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali menyebabkandemam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999).


D. MANIFESTASI KLINIS

- Demam tinggi 5-7 hari.
- Perdarahan, terutama perdarahan bawah kulit ; ptekie, ekhimosis, hematoma.
- Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
- Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi.
- Nyeri otot, tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati.
- Sakit kepala.
- Pembengkakan sekitar mata.
- Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening.
- Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary reffil time lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).


E. KLASIFIKASI

WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
- Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
- Derajat II : Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
- Derajat III : Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan darah menurun, (120/80 , 120/100 , 120/110, 90/70, 80/70, 80/0, 0/0)
- Derajat IV : Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung  140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.


F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

- Minum banyak 1,5 liter – 2 liter/24 jam (dengan air teh, gula, susu).
- Antipiretik jika terdapat demam.
- antikonvulsan jika terdapat kejang.
- Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian

1. Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa (Effendy, 1995).

2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.

3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.

4. Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.

5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.

7. Riwayat Tumbuh Kembang

8. Pengkajian Per Sistem

Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS
Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.


B. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni).



download file DBD yang lebih lengkap :)




DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid.2. Salemba Medika : Jakarta

Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta

Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.

Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan pada Anak. Sagung Seto : Jakarta

Pre dan Post Conference

Posted by vini np at 5:07 PM 0 comments

PRE DAN POST CONFERENCE
DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN

 
 
  1. Pengertian 

    Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. Konferense sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.

    Konferensi terdiri dari 2 macam, yaitu:
  1. Pre Conference

    Komunikasi kepala tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim . Jika yang dinas pada tim tersebut hanya 1 orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari kepala tim dan penanggung jawab tim (Modul MPKP,2006)

    Waktu        : Setelah operan
    Tempat       : meja masing-masing tim
    PJ               : Kepala tim atau penanggung jawab tim

    Kegiatan    : 
  1. Kepala tim atau penanggung jawab tim membuka acara
  2. Kepala tim atau penanggung jawab tim menanyakan rencana harian masing-masing perawat pelaksana
  3. Kepala tim atau penanggung jawab tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu
  4. Kepala tim atau penanggung jawab tim memberikan reinforcement
  5. Kepala tim atau penanggung jawab tim menutup acara

  1. Post Conference
    Komunikasi kepala tim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikutnya.

    Isinya adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawatan dan hal penting untuk operanI(tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh kepala tim atau penanggung jawab tim. (Modul MPKP, 2006)

    Waktu        : sebelum operan ke dinas berikutnya
    Tempat       : meja masing-masing tim
    PJ               : kepala tim atau penanggung jawab tim
    Kegiatan     :
  1. Kepala tim atau penanggung jawab tim membuka acara
  2. Kepala tim atau penanggung jawab tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan
  3. Kepala tim atau penanggung jawab tim menyakan tindakan lanjut asuhan klien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikut nya
  4. Kepala tim atau penanggung jawab tim menutup acara

  1. Tujuan
    Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternative penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif(McKeachie,1962). Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al,1997)

    Tujuan pre conference adalah :
  • Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
  • Mempersiapkan hal-hal yang akan di temui di lapangan
  • Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien

     
  1. Tujuan post conference
  • Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.

     
  1. Syarat

     
  2. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
  3. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
  4. Topic yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan tindaka rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
  5. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim

  1. Panduan perawat dalam pelaksanaan

    Menurut Ratna Sitorus, 2006 , panduan perawat dalam pelaksanaan, antara lain:
  1. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana
  2. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing-masing
  3. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.

    Hal-hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi:
  • Keluhan utama klien
  • TTV dan kesadaran
  • Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnostik terbaru
  • Masalah keperawatan
  • Rencana keperawatan hari ini
  • Perubahan keadaan terapi medis
  • Rencana medis
  1. Perawat pelaksana mendiskusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi:
    1. Klien yang terkait dengan pelayanan, seperti: keterlambatan, kesalahan pemberian makanan, kebisikan pengunjung lainnya, kehadiran dokter yang dikonsulkan.
    2. Ketepatan pemberian infuse
    3. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan
    4. Ketepatan pemberian obat/injeksi
    5. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
    6. Ketepatan dokumentasi
    7. Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan
    8. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran, dan kemajuan masing-masing perawatan asosiet
    9. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan


Metode Tim Manajemen Keperawatan

Posted by vini np at 5:03 PM 9 comments


METODE TIM

Pengertian

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat.

Tujuan Metode Tim, yaitu:
Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut:
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan.
b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
c. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2002):
1) Kelebihan :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

2) Kelemahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

II. Tanggung Jawab

1. Tanggung jawab anggota tim:
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya.
b. Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
c. Memberikan laporan.

2. Tanggung jawab ketua tim:
a. Membuat perencanaan.
b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
c. Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien.
d. Mengembangkan kemampuan anggota.
e. Menyelenggarakan konferensi.

3. Tanggung jawab kepala ruang:
1) Perencanaan
a. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing- masing.
b. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim.
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/ penjadwalan.
e. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:
Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan
Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
i. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit.

2) Pengorganisasian 
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b. Merumuskan tujuan metode penugasan.
c. Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
d. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2 – 3 perawat.
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain- lain.
f. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
g. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
h. Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua tim.
i. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.
j. Identifikasi masalah dan cara penanganannya.

3) Pengarahan 
a. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b. Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik.
c. Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap.
d. Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.
e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.
g. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

4) Pengawasan
a. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim dalam pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
b. Melalui supervisi:
Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi kelemahannya yang ada saat itu juga.
Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
Audit keperawatan.




Download file di bawah ini untuk metode penugasan keperawatan lainnya yang lebih lengkap :)


Saturday, November 13, 2010

Cara Membuka File Office 2007 di Office 2003

Posted by vini np at 6:20 PM 0 comments




Pernahkah kalian mengalami kejadian, ketika akan membuka file excel, power point atau word di laptop teman kita, atau malah mau buka di komputer kita sendiri, tapi filenya tidak terbuka??
yah, pasti lah format file nya berbeda. Format file word 2003 berupa .doc , excel 2003 berupa .xls dan powerpoint 2003 berupa .ppt , sedangkan pada word 2007 berupa .docx , excel 2007 .xlsx, dan powerpoint 2007 .pptx.

Naaaaaahh.......



untuk menyiasatinya agar file berformat office 2007 ini dapat di buka di Office 2003 caranya adalah seperti ini :
1. Download program gratis dari Microsoft yaitu FileFormatConverter.exe untuk mendownload file ini klik disini.

2. Setelah selesai download FileFormatConverter.exe lanjut install hingga selesai.

3. Setelah installasi selesai maka file office 2007 pun dapat dibuka di office 2003.

:D :D




sumber:

Saturday, November 6, 2010

Nursing Care Plan Gastritis

Posted by vini np at 2:39 PM 0 comments
Nursing Care Plan - Gastritis

Definition

Gastritis is an inflammation of the gastric mucosa; it may be acute or chronic. Acute gastritis, the most common stomach disorder, produces mucosal reddening, edema, and superficial surface erosion. Chronic gastritis is common among elderly people and people with pernicious anemia. It's often present as chronic atrophic gastritis, in which all stomach mucosal layers are inflamed, with a reduced number of chief and parietal cells. Acute or chronic gastritis can occur at any age.



Aetiology

The cause of gastritis can be distinguished according to their classification as follows :

* Acute Gastritis
The reason is analgesic drugs, especially anti-inflammatory aspirin (low-dose aspirin which can cause erosion had gastric mucosa).
Chemicals eg lisol, alcohol, smoking, caffeine pepper, steroids and digitalis.

* Chronic Gastritis
The cause and pathogenesis are generally unknown.
Gastritis is a common occurrence in the elderly, but the thought of drinking alcohol, and smoking.



Clinical manifestations

1. Clinical manifestations usually appear on other Acute Gastritis, namely anorexia, nausea, vomiting, epigastric pain, gastrointestinal bleeding in Haematemesis melena, a further sign of anemia.

2. Chronic gastritis
Most clients do not have any complaints, only a minority complain heartburn, anorexia, nausea, and anemia complaints and physical examination abnormalities are not met.



Assessment

1. Predisposing factors and precipitation
Predisposing factors are chemicals, smoking, caffeine, steroids, analgesic drugs, anti-inflammatory, vinegar or pepper.
Precipitation factor is the habit of consuming alcohol and smoking, drug use, diet and irregular diet, and lifestyles such as lack of rest.

2. Test dignostik
* Endoscopy : multi erosion would seem that some bleeding and it's usually spread.
* Check Hispatologi : will look mucosal damage due to erosion through the mucosa never muscular.
* Check radiology
* The laboratory :
o Gastric Analysis : to determine the level of secretion of HCL, HCL secretion declines in clients with chronic gastritis.
o Levels of serum vitamin B12 : normal values 200-1000 Pg / ml, vitamin B12 levels are low megalostatik anemia.
o Hemagiobin levels, hematocrit, platelets, leukocytes, and albumin.
o Gastroscopy
To determine the mucosal surface (change) to identify areas of bleeding and tissue taken for biopsy.



Nursing Diagnosis

Disturbance nutritional needs less than body requirements related to inadequate intake, anorexia.


Purpose :

Overcome nutritional deficiencies.



Results Criteria :

Stable weight, normal laboratory values albumin, no nausea and vomiting, normal body weight, normal bowel sounds.



Intervention :

Review of food intake, body weight balanced on a regular basis, provide regular oral care, encourage clients to eat little but often, give food in warm, auscultation bowel sounds, examine food preferences, such as supervising the laboratory examination: Hb, Ht, albumin.

NCP - Nursing Care Plan Constipation

Posted by vini np at 2:31 PM 0 comments
Nursing Diagnosis: Constipation
Impaction; Obstipation
NOC Outcomes (Nursing Outcomes Classification)
Suggested NOC Labels

* Bowel Elimination
* Medication Response
* Self-Care Toileting

NIC Interventions (Nursing Interventions Classification)
Suggested NIC Labels

* Constipation/Impaction Management
* Bowel Training
* Teaching: Prescribed Medication

NANDA Definition: Decrease in normal frequency of defecation accompanied by difficult or incomplete passage of stool and/or passage of excessively hard, dry stool

Constipation is a common, yet complex problem; it is especially prevalent among elderly patients. Constipation often accompanies pregnancy. Diet, exercise, and daily routine are important factors in maintaining normal bowel patterns. Too little fluid, too little fiber, inactivity or immobility, and disruption in daily routines can result in constipation. Use of medications, particularly narcotic analgesics or overuse of laxatives, can cause constipation. Overuse of enemas can cause constipation, as can ignoring the need to defecate. Psychological disorders such as stress and depression can cause constipation. Because privacy is an issue for most, being away from home, hospitalized, or otherwise being deprived of adequate privacy can result in constipation. Because "normal" patterns of bowel elimination vary so widely from individual to individual, some people believe they are constipated if a day passes without a bowel movement; for others, every third or fourth day is normal. Chronic constipation can result in the development of hemorrhoids; diverticulosis (particularly in elderly patients who have a high incidence of diverticulitis); straining at stool, which can cause sudden death; and although rare, perforation of the colon. Constipation is usually episodic, although it can become a lifelong, chronic problem. Because tumors of the colon and rectum can result in obstipation (complete lack of passage of stool), it is important to rule out these possibilities. Dietary management (increasing fluid and fiber) remains the most effective treatment for constipation.

* Defining Characteristics: Infrequent passage of stool
* Passage of hard, dry stool
* Straining at stools
* Passage of liquid fecal seepage
* Frequent but nonproductive desire to defecate
* Anorexia
* Abdominal distention
* Nausea and vomiting
* Dull headache, restlessness, and depression
* Verbalized pain or fear of pain

* Related Factors: Inadequate fluid intake
* Low-fiber diet
* Inactivity, immobility
* Medication use
* Lack of privacy
* Pain
* Fear of pain
* Laxative abuse
* Pregnancy
* Tumor or other obstructing mass
* Neurogenic disorders

* Expected Outcomes Patient passes soft, formed stool at a frequency perceived as "normal" by the patient.
* Patient or caregiver verbalizes measures that will prevent recurrence of constipation.

Ongoing Assessment

* Assess usual pattern of elimination; compare with present pattern. Include size, frequency, color, and quality. "Normal" frequency of passing stool varies from twice daily to once every third or fourth day. It is important to ascertain what is "normal" for each individual.
* Evaluate laxative use, type, and frequency. Chronic use of laxatives causes the muscles and nerves of the colon to function inadequately in producing an urge to defecate. Over time, the colon becomes atonic and distended.
* Evaluate reliance on enemas for elimination. Abuse or overuse of cathartics and enemas can result in dependence on them for evacuation, because the colon becomes distended and does not respond normally to the presence of stool.
* Evaluate usual dietary habits, eating habits, eating schedule, and liquid intake. Change in mealtime, type of food, disruption of usual schedule, and anxiety can lead to constipation.
* Assess activity level. Prolonged bed rest, lack of exercise, and inactivity contribute to constipation.
* Evaluate current medication usage that may contribute to constipation. Drugs that can cause constipation include the following: narcotics, antacids with calcium or aluminum base, antidepressants, anticholinergics, antihypertensives, and iron and calcium supplements.
* Assess privacy for elimination (e.g., use of bedpan, access to bathroom facilities with privacy during work hours). Many individuals report that being away from home limits their ability to have a bowel movement. Those who travel or require hospitalization may have difficulty having a bowel movement away from home.
* Evaluate fear of pain. Hemorrhoids, anal fissures, or other anorectal disorders that are painful can cause ignoring the urge to defecate, which over time results in a dilated rectum that no longer responds to the presence of stool.
* Assess degree to which patient’s procrastination contributes to constipation. Ignoring the defecation urge eventually leads to chronic constipation, because the rectum no longer senses, or responds to, the presence of stool. The longer the stool remains in the rectum, the drier and harder (and more difficult to pass) it becomes.
* Assess for history of neurogenic diseases, such as multiple sclerosis or Parkinson’s disease. Neurogenic disorders may alter the colon’s ability to perform peristalsis.

Therapeutic Interventions

* Encourage daily fluid intake of 2000 to 3000 ml/day, if not contraindicated medically. Patients, especially elderly patients, may have cardiovascular limitations, which require that less fluid is taken.
* Encourage increased fiber in diet (e.g., raw fruits, fresh vegetables); a minimum of 20 g of dietary fiber per day is recommended. Fiber passes through the intestine essentially unchanged. When it reaches the colon, it absorbs water and forms a gel, which adds bulk to the stool and makes defecation easier.
* Encourage patient to consume prunes, prune juice, cold cereal, and bean products. These are "natural" cathartics because of their high-fiber content.
* Encourage physical activity and regular exercise. Ambulation and/or abdominal exercises strengthen abdominal muscles that facilitate defecation.
* Encourage a regular time for elimination. Many persons defecate following first daily meal or coffee, as a result of the gastrocolic reflex; depending on the person’s usual schedule, any time, as long as it is regular, is fine.
* Encourage isometric abdominal and gluteal exercises. Exercises, unless contraindicated, strengthen muscles needed for evacuation.
* Digitally remove fecal impaction. Stool that remains in the rectum for long periods becomes dry and hard; debilitated patients, especially elderly patients, may not be able to pass these stools without manual assistance.
* Suggest the following measures to minimize rectal discomfort:
o Warm sitz bath
o Hemorrhoidal preparations These shrink swollen hemorrhoidal tissue.
* For hospitalized patients, the following should be employed:
o Orient patient to location of bathroom and encourage use, unless contraindicated. A sitting position with knees flexed straightens the rectum, enhances use of abdominal muscles, and facilitates defecation.
o Offer a warmed bedpan to bedridden patients; assist patient to assume a high-Fowler’s position with knees flexed. This position best uses gravity and allows for effective Valsalva maneuver.
o Curtain off the area. This provides privacy.
o Allow patient time to relax.

Education/Continuity of Care

* Consult dietitian if appropriate. Persons unaccustomed to a high-fiber diet may experience abdominal discomfort and flatulence; a gradual increase in fiber intake is recommended.
* Explain or reinforce to patient and caregiver the importance of the following:
o A balanced diet that contains adequate fiber, fresh fruits, vegetables, and grains Twenty grams per day is recommended.
o Adequate fluid intake Drink 8 glasses/day or 2000 to 3000 ml/day.
o Regular meals Successful bowel training relies on routine.
o Regular time for evacuation and adequate time for defecation
o Regular exercise/activity
o Privacy for defecation
* Teach patients and caregivers to read product labels. It is important for patients and caregivers to determine the fiber content per serving.
* Teach use of pharmacological agents as ordered, as in the following:
o Bulk fiber (Metamucil and similar fiber products) These increase fluid, gaseous, and solid bulk of intestinal contents.
o Stool softeners (e.g., Colace) These soften stool and lubricate intestinal mucosa.
o Chemical irritants (e.g., castor oil, cascara, Milk of Magnesia) These irritate the bowel mucosa and cause rapid propulsion of contents of small intestines.
o Suppositories These aid in softening stools and stimulate rectal mucosa; best results occur when given 30 minutes before usual defecation time or after breakfast.
o Oil retention enema This softens stool.







source:http://nursingcareplan.blogspot.com/2009/07/ncp-nursing-diagnosis-constipation.html

NCP - Nursing Care Plan Diarrhea

Posted by vini np at 2:16 PM 19 comments
Nursing Diagnosis: Diarrhea
Loose Stools, Clostridium difficile (C. difficile)
NOC Outcomes (Nursing Outcomes Classification)
Suggested NOC Labels

* Bowel Elimination
* Fluid Balance
* Medication Response

NIC Interventions (Nursing Interventions Classification)
Suggested NIC Labels

* Diarrhea Management
* Enteral Tube Feeding
* Teaching: Prescribed Medications

NANDA Definition: Passage of loose, unformed stools

Diarrhea may result from a variety of factors, including intestinal absorption disorders, increased secretion of fluid by the intestinal mucosa, and hypermotility of the intestine. Problems associated with diarrhea, which may be acute or chronic, include fluid and electrolyte imbalance and altered skin integrity. In elderly patients, or those with chronic disease (e.g., acquired immunodeficiency syndrome [AIDS]), diarrhea can be life-threatening. Diarrhea may result from infectious (i.e., viral, bacterial, or parasitic) processes; primary bowel diseases (e.g., Crohn’s disease); drug therapies (e.g., antibiotics); increased osmotic loads (e.g., tube feedings); radiation; or increased intestinal motility such as with irritable bowel disease. Treatment is based on addressing the cause of the diarrhea, replacing fluids and electrolytes, providing nutrition (if diarrhea is prolonged and/or severe), and maintaining skin integrity. Health care workers and other caregivers must take precautions (e.g., diligent hand washing between patients) to avoid spreading diarrhea from person to person, including self.

* Defining Characteristics: Abdominal pain
* Cramping
* Frequency of stools
* Loose or liquid stools
* Urgency
* Hyperactive bowel sounds or sensations

* Related Factors: Stress
* Anxiety
* Medication use
* Bowel disorders: inflammation
* Malabsorption
* Increased secretion
* Enteric infections
* Disagreeable dietary intake
* Tube feedings
* Radiation
* Chemotherapy
* Bowel resection
* Short bowel syndrome
* Lactose intolerance

* Expected Outcomes Patient passes soft, formed stool no more than three times per day.

Ongoing Assessment

* Assess for abdominal pain, cramping, frequency, urgency, loose or liquid stools, and hyperactive bowel sensations.
* Culture stool. Testing will identify causative organisms.
* Inquire about the following:
o Tolerance to milk and other dairy products Patients with lactose intolerance have insufficient lactase, the enzyme that digests lactose. The presence of lactose in the intestines increases osmotic pressure and draws water into the intestinal lumen.
o Medications patient is or has been taking Laxatives and antibiotics may cause diarrhea. C. difficile can colonize the intestine following antibiotic use and lead to pseudomembranous enterocolitis; C. difficile is a common cause of nosocomial diarrhea in health care facilities.
o Idiosyncratic food intolerances Spicy, fatty, or high-carbohydrate foods may cause diarrhea.
o Method of food preparation Fried food or food contaminated with bacteria during preparation may cause diarrhea.
o Osmolality of tube feedings Hyperosmolar food or fluid draws excess fluid into the gut, stimulates peristalsis, and causes diarrhea.
o Change in eating schedule
o Level of activity
o Adequacy or privacy for elimination
o Current stressors Some individuals respond to stress with hyperactivity of the GI tract.
* Check for history of the following:
o Previous gastrointestinal (GI) surgery Following bowel resection, a period (1 to 3 weeks) of diarrhea is normal.
o GI diseases
o Abdominal radiation Radiation causes sloughing of the intestinal mucosa, decreases usual absorption capacity, and may result in diarrhea.
* Assess impact of therapeutic or diagnostic regimens on diarrhea. Preparation for radiography or surgery, and radiation or chemotherapy predisposes to diarrhea by altering mucosal surface and transit time through bowel.
* Assess hydration status, as in the following:
o Input and output Diarrhea can lead to profound dehydration and electrolyte imbalance.
o Skin turgor
o Moisture of mucous membrane
* Assess condition of perianal skin. Diarrheal stools may be highly corrosive, as a result of increased enzyme content.
* Explore emotional impact of illness, hospitalization, and/or soiling accidents by providing privacy and opportunity for verbalization.

Therapeutic Interventions

* Give antidiarrheal drugs as ordered. Most antidiarrheal drugs suppress GI motility, thus allowing for more fluid absorption.
* Provide the following dietary alterations as allowed:
o Bulk fiber (e.g., cereal, grains, Metamucil)
o "Natural" antidiarrheals (e.g., pretzels, matzos, cheese)
o Avoidance of stimulants (e.g., caffeine, carbonated beverages) Stimulants may increase GI motility and worsen diarrhea.
* Check for fecal impaction by digital examination. Liquid stool (apparent diarrhea) may seep past a fecal impaction.
* Encourage fluids; consider nutritional support. Fluids compensate for malabsorption and loss of nutrients.
* Evaluate appropriateness of physician’s radiograph protocols for bowel preparation on basis of age, weight, condition, disease, and other therapies. Elderly, frail, or those patients already depleted may require less bowel preparation or additional intravenous (IV) fluid therapy during preparation.
* Assist with or administer perianal care after each bowel movement (BM). This prevents perianal skin excoriation.
* For patients with enteral tube feeding, employ the following:
o Change feeding tube equipment according to institutional policy, but no less than every 24 hours. Contaminated equipment can cause diarrhea.
o Administer tube feeding at room temperature. Extremes of temperature can stimulate peristalsis.
o Initiate tube feeding slowly.
o Decrease rate or dilute feeding if diarrhea persists or worsens. This prevents hyperosmolar diarrhea.

Education/Continuity of Care

* Teach patient or caregiver the following dietary factors that can be controlled:
o Avoid spicy, fatty foods.
o Broil, bake, or boil foods; avoid frying.
o Avoid foods that are disagreeable.
* Encourage reporting of diarrhea that occurs with prescription drugs. There are usually several antibiotics with which the patient can be treated; if the one prescribed causes diarrhea, this should be reported promptly.
* Teach patient or caregiver the following measures that control diarrhea:
o Take antidiarrheal medications as ordered.
o Encourage use of "natural" antidiarrheals (these may differ person to person).
* Teach patient or caregiver the importance of fluid replacement during diarrheal episodes. Fluids prevent dehydration.
* Teach patient or caregiver the importance of good perianal hygiene after each BM. Hygiene controls perianal skin excoriation and minimizes risk of spread of infectious diarrhea.




source: http://nursingcareplan.blogspot.com/2009/07/ncp-nursing-diagnosis-diarrhea.html

Friday, November 5, 2010

Nursing Care Sample

Posted by vini np at 8:51 PM 0 comments
Morning all! (´∀`) J( 'ー`)し
This is a nursing care plan sample about sleep, that i've just found a week before.


Download here

November

Posted by vini np at 8:28 PM 0 comments
First posting on November! =D
I'll post some English article to improve my blog and will try to post nursing care journals!

Sunday, October 31, 2010

Happy Hallowen!

Posted by vini np at 10:02 AM 0 comments
ahh,,it's October,31st, isn't ? in our calender, there's no celebration, event, or else.But, in west, today is a Halloween day !
oh, actually, I'd love to celebrate it too. But, its not a culture in here, only a few people (know that event!) who celebrate it.
As I know from film,cartoon,comics and browsing internet, people who celebrate Halloween, give some candies or not to child.Trick or Treat. The children wear Halloween costume, like a ghost, a witch,a pumpkin (?), etc.


But, in my mind..
why're always on Halloween day, there's a pumpkin??? (>__<)

Saturday, October 16, 2010

Kartun Seram Yang Asyik Ditonton :D

Posted by vini np at 10:22 AM 4 comments
Apakah kalian sudah pernah menonton kartun yang satu ini? Happy Tree friends?


Inilah kartun "lucu" yang hanya boleh ditonton orang "dewasa" dan "sehat" saja, bagi yang punya penyakit jantung atau sejenisnya harap jangan pernah menonton kartun ini...hahahaa..

Pertama kali, saya tau kartun ini dari iseng-iseng mampir di blog orang, eh pas buka,kok ada gambar kartun lucu (gambar si Cuddles..hahaa) yaah..bagi saya yang pecinta kartun ini langsung saja buka videonya...dan JRENG! JRENG! JRENG! JRENG! (halaaah... :p )
sebuah adegan memeras jeruk lemon yang mengerikan!! kenapa saya sebut mengerikan?? karena yang diperas itu bukan buah jeruk! tapi bola mataaa!! BOLA MATA! ARGH!
kalau disuruh mengingat saat pertama kali saya nonton video itu , euww...rasanya saya takut melihat pisau..ahahaha... =__= . Tapi, lama kelamaan saya jadi penasaran, jenis episode apalagi yang ada di happy tree friend alhasil, saya pun nonton lagi di youtube..huahahaha!

Dan,akhirnya!! saya pun jadi ♥ Happy Tree Friends..wakakakak

Bagi yang ingin download kartun Happy Tree Friends ini
bisa didownload di host lokal
tapi cuma ada 40an episode..hehee..

1-36 episodes disini

31-40 episodes disini

selamat menonton...haha! :D :D







* nb. resiko ditanggung sendiri, bila ada "sesuatu" yang terjadi harap hubungi psikiater terdekat :p

Dokumentasi Hasil Tindakan Pemberian Cairan Elektrolit dan Darah

Posted by vini np at 10:05 AM 0 comments

Dokumentasi :

Diagnosa Keperawatan # 1

Kekurangan cairan isotonis, berhubungan dengan :

· Kehilangan cairan gastrointestinal akibat :

- akibat muntah-muntah; diare; GI suction; drainage dari tube fistula

- shift cairan ke ruang III karena obstruksi usus

· Shift cairan ke ruang ke III akibat : luka bakar ; peradangan pada organ intraabdominal ; sepsis ; pancreatitis ; asites karena sirosis hepatis

· Poliuria akibat hiperglikemia, ARF fase poliuria

· Demam

· Kurang intake cairan akibat sulit menelan; depresi

Dengan Tanda dan gejala sbb. :

· Penurunan berat badan seara mendadak ( kecuali pada shift cairan ke ruang III

- ringan jika penurunan BB sampai denga 4 %

- sedang jika penurunan BB sekitar 5 % - <>

- berat jika penurunan BB sekitar 8% atau lebih

· Penurunan turgor kulit, lidah, penurunan kelembaban membran mukosa

· Penurunan urine output dan peningkatan berat jenis urine

· Perubahan ratio BUN dengan kreatinin

· Perubahan tanda-tanda vital : ↓ tekanan darah, ↓ /  suhu ,  denyut jantung, nadi cepat dan lemah

· Penurunan CV P dan pengisian vena perifir, dan peningkatan hematocrit


Perencanaan Keperawatan & Medis /Implementasi / Evaluasi

· Jika tidak berat seperti karena demam dapat diberikan minum melalui oral dengan penambahan 10% dari kebutuhan normal pada setiap peningkatatan suhu 1° celsius diatas 37°.

· Pertimbangkan jenis cairan yang hilang dari tubuh klien seperti kehilangan cairan akibat muntah-muntah, cairan yang diberikan mengandung Na dan K sesuai dengan cairan yang hilang.

· Jika pasien malas minum karena perasaan tak nyaman pada mulut, berikan minuman yang tidak irritatif, dan lakukan perawatan mulut beberapa kali/hari

· Jelaskan kepada klien pentingnya banyak minum dan jenis minuman bagi kondisi tubuhnya

· Jika klien sulit menelan :

- kaji reflex gag dan kemampuan menelan

- berikan minum pada posisi klien tegak

- berikan makanan yang kental seperti puding atau gelatin untuk memudahkan menelan

· jika tak bisa menelan bicarakan dengan medis untuk pemberian cairan melalui naso gastric tube.

· Jika keadaan lebih berat/ tak mampu minum diberikan cairan isotonis melalui intravenous line (infus) : Ringer lactate, NaCl 0.9%

· Amati area tempat penusukkan adakah bengkak, kemerahan, perubahan suhu, dan perasaan nyeri

· Jika terdapat oliguri, periksakan fungsi ginjal , → kolaborasi dengan medis untuk menentukan terapi cairan yang sesuai dengan kondisi tersebut

· Catat intake dan output cairan dengan seksama

· Monitoring :

- berat badan setiap hari ( penurunan berar badan 1 kg = kehilangan cairan 1000 ml),

- tanda-tanda vital : adakah postural hipotensi ( penurunan tekanan darah sistolik > 15 mmHg saat berubah posisi dari tidur ke posisi duduk), adakah takhicardi (peningkatan denyut nadi > 15 X/m)

- turgor kulit, membrane mukosa mulut

- CVP, BUN & kreatinin

- tingkat sensori

· Catat respon klien terhadap intervensi baik medis ataupun keperawatan

- peningkatan jumlah urine menjadi 1 – 2 ml /kg BB

- tanda-tanda vital kembali ke normal

- turgor kulit dan lidah membaik

- membran mukosa mulut lembab

- CVP normal

- Suara nafas bersih

- Berat jenis urine ( 1.003 – 1.035)
 

vini np's site | 2008-2014 |Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review

Winking Line Smiley